07 August 2010

Bapak

Masih menyambung tulisan sebelumnya tentang bapak, yang tergabung dalam arsip catatan.
Bapak, adalah orang yang baik, shalih (ukuran ku dan saudara2ku), tegas, disiplin dan punya prinsip. 
Sebagian orang yang baru mengenal beliau, mungkin akan berpendapat bapak adalah orang yang galak dan ceplas-ceplos. Karena memang itulah karakter bapak, yang kalo ga suka sama perilaku/tindakan orang lain langsung ditegur saat itu juga, ga pake ghibah :).
Tapi bagi kami anak-anak beliau, beliau adalah bapak yang baik buat kami, bisa mendidik kami untuk menjadi pribadi yang shalih, punya pendirian/prinsip dan tahan banting (smoga saja aku masuk di dalamnya, berharap sangat ^_^). Dalam keseharian, bapak sangat mengutamakan masalah aqidah, sholat, ngaji/tilawah, puasa. Masih ingat betul, bagaimana bapak mendidik kami dengan kebiasaan sholat berjama'ah, ngaji selesai sholat dan puasa senin-kamis. Usiaku yang kala itu masih 3/4 tahun, baru mulai mengenal bapak, bagaimana beliau dan seperti apa beliau mendidik dan mengajarkan kami tentang kehidupan. Dalam hal ini, juga kebiasaan sehari-hari, biarpun masih 3 tahun-an, bapak tetap membangunkanku setiap kali adzan subuh, wudhu dan sholat subuh berjama'ah di mushola kecil di dalam rumah kami. Dan tidak hanya sekali aku ketiduran sewaktu sujud, sering bahkan, dan terbangun kaget pas semuanya udh selesai berdo'a. *_^ jadi malu... .Kadang wudhu lagi lalu sholat, terkadang langsung sholat aja ah nerusin rekaat yang tertinggal dan lebih sering sih tidur lagi, hihi bandel bgt ya :D tapi bapak ga marah atau terus menasehatiku, mungkin belum waktunya kali ya.. ngeles
Dikarenakan kebiasaanlah semua menjadi bisa. Seiring berjalannya waktu, di tahun berikutnya, aku dan kakakku yang juga masih di bawah usia tamyiz (baca:usia tamyiz sekitar 7-10 th, relatif masing2 anak. Tamyiz adalah kemampuan untuk membedakan baik dan buruk) ngotot nangis-nangis minta ibu untuk sholat kembali atau mengulang sholatnya jika ibu meninggalkan kami sholat berjama'ah... . ngefek ya.
Bapak memang sangat keras mengajari kami hal-hal yang berhubungan dengan masalah ibadah, termasuk bagaimana kami harus menutup aurat/berpakaian dan bergaul dengan orang lain dalam hal ini adalah lawan jenis. Tahun 1992, aku yang masih SD kelas 2, sudah disuruhbapak memakai kerudung ketika sekolah atau sewaktu pergi-pergi jauh. Perlu diketahui bahwasannya sebelum reformasi, pemakaian kerudung untuk area-area resmi pemerintahan masih sangat jarang dan dilarang. Karena belum boleh, pastinya bapak tetap memberikan alternatif untuk berpakaian rapi, yaitu pake rok panjang... . hihi keik mo madrasah, bedanya ga pake kerudung ajah. Dan bicara soal pergaulan, bapak tidak pernah melarang kami bergaul dengan siapapun selama itu bukan lawan jenis (berarti bukan siapapun ya??). Karena tidak suka anak-anaknya bergaul dengan lawan jenis, bapak selalu menyindir kalo ada teman lawan jenis yang datang ke rumah sekalipun itu hanya untuk urusan sekolah/tugas kelompok. Dan selama bapak masih ada, mungkin baru sekali temen ku yang namanya 'laki-laki' datang ke rumah untuk kelompok tugas membuat peta indonesia kelas 4 SD dan itupun di suruh pulang sama bapak padahal datangnya juga bersepuluh, dia aja yang laki... Subhanallah, bapakku memang punya prinsip. Justru itu aku kagum dengan beliau.
Karena besar dilingkungan yang taat agama, kamipun smakin terbiasa dengan hal-hal yang bapak ajarkan. Sekalipun bapak sudah tak bersama kami dan tak di sini lagi. Apapun yang bapak-ibu ajarkan akan selalu kami gunakan untuk mendidik anak-anak kami nantinya sehingga mampu menjadi anak-anak dan cucu-cucu yang shalih dan kuat kepribadiannya. 
Kita sayang dan rindu bapak-ibu. 
Allah berilah tempat terbaik untuk bapak dan ibu di jannah-Mu
sampaikan rasa sayang dan rindu kami untuk mereka 
dan kumpulkanlah kami sekeluarga di jannah-Mu kelak

No comments:

Post a Comment